Bahaya Perkawinan Kerabat Dekat (Inbreeding) Pada Satwa Liar - Inbreeding adalah sistem perkawinan antara induk jantan dan betina yang memiliki hubungan kekerabatan sangat dekat. Populasi yang dihasilkan dari sistem perkawinan ini memiliki tingkat homozigositas yang tinggi (Imron, 2010).


Praktik inbreeding akrab di kenal pada dunia perternakan untuk memurnikan suatu jenis ternak, dan sifat unggul yang dimilikinya bisa dipertahankan. Kelemahan Inbreeding adalah jika hubungan darahnya terlalu dekat, misalnya mengawinkan ternak betina dan jantan dari induk yang sama (closebreeding), akibatnya adalah daya tetas telur yang dihasilkan rendah atau keturunan yang dihasilkan buruk atau bahkan cacat (Okto, 2002).

Perkawinan sedarah adalah situasi di mana perkawinan terjadi di antara kerabat dan peningkatan homozigositas dari hasil dengan perkawinan tersebut. Namun, mereka berbeda dalam populasi referensi yang digunakan saat menghitung perkawinan sedarah. Perkawinan sedarah selalu relatif tidak pernah menjadi ukuran absolut. Oleh karena itu, perkiraan perkawinan sedarah berbeda tergantung pada populasi referensi.

Meskipun perbedaannya tidak terlihat langsung, penting untuk secara eksplisit menjelaskan definisi perkawinan sedarah yang digunakan dalam sebuah penelitian, karena konsekuensi biologis dari berbagai jenis perkawinan sedarah bisa sangat berbeda. Hal ini terutama berlaku pada populasi kecil yang sering menjadi fokus studi perkawinan sedarah. Ada tiga definisi perkawinan sedarah yang paling umum digunakan;


(a) Perkawinan sedarah silsilah
Seorang individu dianggap kawin sedarah di bawah definisi ini ketika orang tua berbagi nenek moyang. Tingkat perkawinan sedarah terkait dengan jumlah keturunan yang dimiliki oleh orang tua dari individu yang dikawinkan.

(b) Perkawinan sedarah sebagai perkawinan tidak acak
Penggunaan istilah 'kawin sedarah' ini mengacu pada tingkat keterkaitan antara pasangan relatif terhadap dua pasangan yang dipilih secara acak dari populasi. Seorang individu dianggap kawin sedarah jika orang tuanya lebih dekat kekerabatannya daripada dua individu yang dipilih secara acak. Jenis perkawinan sedarah ini relatif terhadap populasi kawin acak dengan ukuran yang sama.

(c) Perkawinan sedarah karena pembagian populasi
Ketika populasi dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih atau kurang terisolasi, perkawinan sedarah juga akan terjadi semata-mata karena ukuran populasi terbatas dan terjadi hasil penyimpangan genetik. Ini terjadi bahkan jika perkawinan dilakukan secara acak dalam subpopulasi 


Apakah perkawinan sedarah mempengaruhi demografi dan persistensi populasi alami? Jawabannya adalah ya. Ditemukan tingkat depresi perkawinan sedarah bervariasi antar taksa, populasi dan lingkungan yang biasanya cukup besar untuk mempengaruhi individu dan populasi. Data dari populasi burung dan mamalia menunjukkan bahwa depresi perkawinan sedarah sering secara signifikan mempengaruhi berat lahir, kelangsungan hidup, reproduksi dan ketahanan terhadap penyakit, predasi dan stres lingkungan.



Pada tanaman, sebagian besar didasarkan pada perbandingan populasi yang berbeda dalam ukuran atau tingkat variasi genetik, efek perkawinan sedarah yang signifikan pada set benih, perkecambahan, kelangsungan hidup dan ketahanan terhadap stres.

Data dari kupu-kupu, burung, dan tanaman menunjukkan bahwa populasi dengan keragaman genetik yang berkurang sering mengalami penurunan pertumbuhan dan peningkatan tingkat kepunahan. Persilangan antara populasi tersebut sering mengakibatkan heterosis. Efek genetik seperti itu akan menyebabkan penyembunyian mutasi yang merusak. Dengan demikian, mungkin perlu untuk mempertahankan aliran gen di antara penghubung habitat yang semakin terfragmentasi untuk mempertahankan populasi yang sensitif terhadap perkawinan sedarah.


Daftar Pustaka

Imron, DKK. 2010. Pengaruh Tipe Persilangan Terhadap Sintasan Dan Pertumbuhan Populasi Benih Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii). Jurusan Budidaya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Keller, L. (2002). Inbreeding effects in wild populations. Trends in Ecology & Evolution, 17(5), 230–241. doi:10.1016/s0169-5347(02)02489-8

Okto, P.S. 2021. Menghasilkan Perkutut Berkualitas. Tangerang: PT Agro Media