Tumbuhan beracun didefinisikan sebagai tumbuhan yang mengandung sejumlah besar zat kimia yang dapat menyebabkan sakit dan kematian apabila termakan melebihi kadar yang ditentukan. Setiawati dkk. (2008) menjelaskan bahwa lebih dari 1.500 spesies tumbuhan dari berbagai penjuru dunia diketahui dapat digunakan sebagai racun untuk hama tanaman. Di Filipina, tidak kurang dari 100 spesies tumbuhan telah diketahui mengandung bahan aktif insektisida. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial racun untuk serangga pengganggu bagi tanaman antara lain Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae. Spesies-spesies tumbuhan beracun memiliki manfaat sebagai insektisida nabati, fungisida nabati, moluskasida nabati, nematisida nabati, bakterisida nabati, dan rodentisida nabati (Ilmi, et al., 2015).

Amensalisme yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang berakibat salah satu pihak dirugikan, sedangkan pihak lainnya tidak terpengaruh yaitu tidak rugi dan tidak untung oleh adanya asosiasi. Tipe interaksi amensalisme ini diberi lambang ( -, 0). Pada kebanyakan kasus, organisme yang dirugikan disebabkan oleh bahan kimia yang dikenal sebagai allelopathy. Amensalisme ini terdapat kerugian yang ditimbulkan oleh interaksi antara tetumbuhan. Kerugian dengan adanya amensalisme ini yaitu dapat menghambat penyerapan hara, menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan, memengaruhi perbesaran sel tumbuhan, menghambat respirasi akar, menghambat sintesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan dan menghambat enzim (Ekayanti, et al., 2015).

Beberapa tumbuhan juga menghasilkan senyawa yang dienal dengan alelopati. Istilah alelopati (allelopathy) pertama kali dikemukakan oleh Hans Molisch tahun 1937. Alelopati berasal dari kata allelon (saling) dan pathos (menderita). Menurut Molisch, alelopati meliputi interaksi biokimiawi secara timbal balik, yaitu yang bersifat penghambatan maupun perangsangan antara semua jenis tumbuhan termasuk mikroorganisme. Alelopati kemudian didefinisikan sebagai pengaruh langsung ataupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap yang lainnya, termasuk mikroorganisme, baik yang bersifat positif/ perangsangan, maupun negatif/penghambatan terhadap pertumbuhan, melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungannya. Selain alelopati, terdapat pula hubungan antar tumbuhan yang disebut persaingan atau kompetisi. Perbedaan alelopati dari kompetisi, yaitu pada alelopati terdapat senyawa kimia yang dikeluarkan ke lingkungan, sedangkan pada kompetisi terjadi pengambilan dan pengurangan beberapa faktor tumbuh (air, hara, cahaya) dari lingkungan (Junaedi, et al., 2006).

Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dapat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau tanaman lain sebagai berikut (1) Autotoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain yang sama jenisnya. Contoh tumbuhan yang autotoxic yaitu mangium, akasia, dan sengon buto. (2) Antitoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang berbeda jenisnya. Contoh tumbuhan yang antitoxic yaitu pinus, ilalang, johar, agatis, mangga, mimba, dan jati (Ekayanti, et al., 2015).

1. Cendana


Cendana atau 'sandalwood' /sandelholz', atau 'hau meni' (Timor), dengan nama ilmiahnya Santalum album L., merupakan tumbuhan yang termasuk dalam kelompok suku Santalaceae. Keberadaannya dalam kelompok suku tersebut tidak terlepas dari kedekatan kekerabatannya dengan salah satu suku lain yang beranggotakan jenis-jenis tumbuhan parasit, yaitu suku Loranthaceae (suku dari kelompok tumbuhan benalu). Berbeda dari jenis-jenis tumbuhan parasit lain yang bersifat obligat (holoparasit), hemiparasit mempunyai kemampuan memfiksasi CO2 udara melalui proses fotosintesa untuk memproduksi karbohidrat. Jenis-jenis

tumbuhan parasit mengembangkan strateginya dengan jalan memodifikasi perakarannya dengan membentuk haustorium ketika terjadi kontak dengan perakaran tumbuhan inangnya. Kontak yang terjadi membentuk suatu hubungan antara cendana dengan tumbuhan inangnya baik secara anatomis, morfologis maupun fisiologis, sehingga dengan adanya kontak tersebut dimungkinkan terjadinya aliran air dan nutrisi dari tumbuhan (Sunaryo et al., 2001).



2. Kapas


Biji kapas muncul masalah baru, yaitu berupa pigmen kuning yang dikenal sebagai gossypol (disederhanakan menjadi gosipol). Pigmen ini terdapat dalam minyak dan bungkil biji kapas dan merupakan senyawa yang terkenal sebagai salah satu racun terhadap hewan ternak non-ruminansia. Pada tanaman ini, gosipol dapat ditemukan dalam akar, biji, dan daun. Kandungannya dalam akar lebih banyak dari bagian yang lain, sedangkan di dalam biji kadarnya bervariasi tergantung pada spesies, lingkungan, dan varietas spesifiknya. Melihat bahwa gosipol dapat ditemukan hampir di segala bagian kapas, mungkin saja senyawa ini berfungsi sebagai insektisida alami untuk melindungi tanaman kapas secara keseluruhan. Gejala umum dari keracunan gosipol adalah berkurangnya nafsu makan dan hilangnya berat badan. Efek racun ini meningkat bila gosipol diberikan secara intravena. Senyawa ini juga dapat menyebabkan ketidak-teraturan kerja jantung sehingga dapat menyebabkan kematian (Sutikno, 2000).




3. Alang-alang


Alang-alang (Imperata cylindrica) adalah jenis tanaman pionir yang akar rimpang yang menyebar luas di bawah permukaan tanah. Alang-alang memiliki ketahanan yang tinggi, sehingga tanaman lain harus bersaing dalam memperoleh air, unsur hara, dan cahaya matahari. Jenis tanaman tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman lain di sekitarnya, hal ini dikarenakan alang-alang merupakan tumbuhan pengganggu yang mampu melepaskan senyawa alelopati. Alelopati merupakan senyawa kimia yang terdapat pada tubuh tumbuhan (jaringan tumbuhan) yang dikeluarkan ke lingkungannya dan dapat menghambat atau mematikan individu tumbuhan lainnya (Odum, 1971 terjemahan Samingan, 1993). Pertumbuhan alangalang sangat cepat, menyebar secara luas dan mampu tumbuh pada berbagai kondisi tanah. Sehingga alang-alang banyak tumbuh pada lahan kritis (Yanti, et al., 2016).




4. Tanaman kopi


Senyawa alelopati (kafein dan asam klorogenat) yang dihasilkan kopi Arabika, baik yang berasal dari kulit buah, kulit tanduk, biji maupun daun berpengaruh (negatif atau positif) terhadap pertumbuhan tanaman lain. Ekstrak biji kopi secara signifikan mempengaruhi perkecambahan benih dan petumbuhan radikula kacang arab (Cicer arietinum) dan gandum (Triticum aestivum). Semakin tinggi konsentrasi daya kecambah kacang arab dan gandum semakin rendah, kandungan kafein dapat menurunkan daya kecambah dan waktu berkecambah kacang legum. Peran kafein adalah sebagai induser pertumbuhan atau peredam pertumbuhan tanaman dan terhubung dengan efek alelopati termasuk efek antar dan intraspesifik (Supriadi et al., 2014).




5. Tanaman Gulma


Beberapa gulma yang telah terbukti bersifat alelopati adalah Agropyron repens, L., teki (Cyperus rotundus dan Cyperus esculentus, L.,) Cynodon dactylon, L., dan alang-alang (Imperata cylindrica, L.) gulma tersebut diketahui sangat kompetitif dengan tanaman dan menyebabkan penurunan produksi. Senyawa alelopati yang dihasilkan mampu menghambat pertumbuhan panjang akar ‘chickpea’ (Cicer arietium). Bahan aktif herbisida selalu diformulasikan dalam berbagai bentuk sebelum diaplikasikan ke tumbuhan sasaran. Formulasi herbisida berupa cairan, tepung, pelet dll. (Setyowati et al., 2001).


DAFTAR PUSTAKA

Ekayanti, N.,Indriyanto, Duryat. 2015. Pengaruh Zat Alelopati Dari Pohon Akasia, Mangium, Dan Jati Terhadap Pertumbuhan Semai Akasia, Mangium, Dan Jati. Jurnal Sylva Lestari. 3(1): 81


Ilmi, J., Dharmono, Hayani, N. 2015. Inventarisasi Dan Pemanfaatan TumbuhanBeracun Oleh Masyarakat Dayak Bakumpai Di Desa Simpang Arja Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Wahana Biologi. 13: 93


Junaedi, A., Chozin, N., Kim, K., 2006. Perkembangan Terkini Kajian Alelopati. Jurnal Hayati. 13(2). 79

Setyowati, N., Suprijono, E. 2001. Efikasi Alelopati Teki Formulasi Cairan. Terhadap Gulma. Jurnal Ilmu Pertania Indonesia. 3(1): 17-18


Supriadi, H., Tjahjana, E. 2014. Alelopati Pada Polatanam Kopi Dan Teknik. Pengendalian Serta Prospek Pemanfaatannya. 2(2). 123-124

Sutikno, I. 2000. Tanaman Kapas dan Kaitannya Dengan Gosipol. 10(1)


Yanti, M., Indiyanto, Duryat. 2016. Pengaruh Zat Alelopati Dari Alang-Alang Terhadap Pertumbuhan Semai Tiga Spesies Akasia. Jurnal Sylva Lestari.4(2). 27