Sebagai seseorang yang memiliki keterlambatan dalam beradaptasi, aku selalu membutuhkan orang-orang baik dalam menemani perjalanan hidup ku. ciaaa. Dan Alhamdulillah aku masih dikelilingi orang-orang baik itu. Setelah bang-abang dan kakak-kakak blogger medan menikah, sepupu ku juga telah pada menikah, aku tak seleluasa dulu merengek-rengek kalau sedang gundah gulana. Masih ada dong lingkaran lainnya yaitu gank 'anak sholehah' di kampus yang setelah lulus kami mulai berpencar-pencar dan hanya berbagi kabar lewat grup chat atau sesekali videocall. Oh, oh masih ada lingkaran sohib kental SMA '5 ksatria, trio gembel dan 1 alien' yang masih rajin menyambangi rumah satu sama lain  ketika ada acara keluarga atau adayang berulang tahun. Yup, ketika ada momen saja kami bisa bertatap muka dan mengobrol nyata. Jangan harap digrup rame-rame. Kami ecuek itu memang. Sekalinya ada yang masukin berita eh hoax, ngelempar meme eh rasis. kampret memang.

Berhari-haridi hutan kadang-kadang membuat imanku naik turun. Atau acara-acara kampus (ya dang kadang aku masih dicari untuk bagian desain wkwk) di luar kota membuat imanku rasanya kian tergerus. Ingin segera curhat satu-satunya yang bisa langsung ngasi solusi terbaik ku pikir hanya kakakkku. Tapi kakakku di belahan pulau lainnya itu ya sulit kalau harus tiba-tiba aku hubungi. malah kadang rasanya aku hanya menghubungi doi kalau lagi sulit saja. Habis kalau mau sweet sweet nanya kabar dan kegiatan doi ngatain lebay dan kadang-kadang mewek sendiri disana. kan aku jadi sebel.

Di Hutan ibadahku mungkin bisa aku katakan lebih baik. Terasa lebih khusyuk, mau tilawah juga bebas sepanjang apapun kagak ada yang ngusik. kalau orang pondok mungkin terusik ya siapa yang berani ngelarang orang ngaji hehe.

Masalahnya, sebagai akhwat tarbiyah aku merasa keleluasaanku sebagai muslimah selama ini makin bebas aja. Ya aku ngerasa sih makin-makin kebablasan kayak main bilyard ampe malem, balik make celana di lapangan bahkan bukan kulot dan hal-hal lainnya yang sudah kujauhi selama 4 tahun terakhir. 

Dan disinilah kesadaranku muncul. 

Aku tidak boleh lagi absen Halaqoh. Hanya halaqoh rutin yang Insya Allah bisa terus-terusan menyadarkan kesalahanku dengan sengaja. Halaqoh adalah sebuah kelompok yang dibuat oleh orang-orang yang masya Allah terus berjuang di jalan dakwah. Aku tidak membayar apapun untuk mendengarkan materi yang disampaikan oleh Murabbi ku. Aku tidak mendaftar dengan serangkaian adminitrasi birokrasi untuk bisa bertahun-tahun mendapatkan bimbingan ini. Ini adalah lingkaran murni penuh cinta. 

Ketika ilmu disampaikan dan diterima dengan ikhlas, ia akan mengakar jauh kedalam tanpa ada halangan.

Sejatinya, dahulu pendidikan apapun tak harus tentang agama disampaikan tanpa bayaran. Pernahkah kita mendengar berapa uang kuliah seorang filsuf seperti aristoteles? atau berapa UKT ibnu sina saat belajar kedokteran? Dan berapa pula harga peralatan yang dibayar Al-khawarizmi? 

Kita akan mendengar si A belajar pada si B dan si B belajar pada si C sehinggakita tau sumber keilmuan mereka dari mana. 

Bukan seperti sekarang setiap orang menyampaikan kebaikan kita akan curiga seperti; aliran sesat nih, gak bener nih, halah paling ustadznya video pendek dari instagram.

Padahal ada banyak cinta yang dibagikan orang-orang tulus. ada banyak cinta yang tidak dikomersilkan. ada banyak cinta yang bisa kita terima. 

Dan dengan cinta kita menjadi terus lebih baik. Dengan cinta bukan berarti jadi Budak Cinta alias bucin.

Sesederhana itu. Jadi kalian yang belum menikah, sudahkah menemukan lingkaran cinta kalian?

Happy weekend!