Ketika Iyah SMP, setiap pagi kami selalu ada setoran hafalan Qur'an. Kelas 1 SMP nyaris semua anak harus bisa menutaskan hafalan Juz 30. Sampai Iyah tamat SMP, hafalan yang iyah pegang Juz 30, beberapa ayat pilihan dan setengah perjalanan di Juz 29.

Namun, ketika SMA semuanya hilang, Iyah mulai rada "bandel" dan gak lanjutin hafalan Qur'an lagi. jangankan nambah. ngulang hafalan enggak. kalau sholat bacaannya gak mau repot. Trikul sudah cukup. kalau di tunjuk jadi imam baru deh bacaannya rada panjang dikit. tapi tetep aja mentok di Juz 30.

Dulu Iyah tidak memiliki ambisi untuk hafal Qur'an karena merasa tidak mampu. Setelah ke klinik tongfang menonton acara Hafidz Indonesia, iyah terkesima. anak sekecil-kecil itu bisa jauh memeiliki hafalan lebih banyak dari Iyah.

Yaiyalah iyah, mereka kan di bimbing orangtuanya, ada pelatihnya...

Nah, justru itu! kalau masih kecil wajar butuh pelatih, kalau sudah besar, sudah lancar baca Qur'an, Masa gak bisa menghafalnya? masalahnya orang yang udah mulai besar ini butuh di paksa.

Belum lagi iyah juga menonton seseorang yang memiliki kekurangan pengilihatan. ya, tuna netra. dan beliau hafal Qur'an mengandalkan Qur'an Braille dan Mp3 Qur'an. Subhanallah!

syukurlah di kuliah ini iyah ikut LDK (Lembaga Dakwah Kampus) ,UKMI. dan Iyah mendapatkan Murabbi. Ke Murabbi lah Iyah bisa menyetor hafalan seminggu sekali.

Hafal Qur'an ini tidak iyah beri target dan juga tak akan iyah katakan semampu iyah juga. seiring waktu berjalan iyah akan terus menambah dan mengulang hafalan serta memahami artinya juga.

Caranya iyah?

Tiada hari tanpa membaca Al-Quran! tidak bisa pegang Qur'an pun minimal mengulang hafalan!
Bismillah!