Advertisement

Responsive Advertisement

Review Film Hocus Pocus (1993)

Salah satu hal yang identik dengan bulan oktober adalah Halloween. Tentu aja dikalangan masyarakat Indonesia ini tidak familier. Aku sendiri baru tau soal budaya ini karena dulu di ulas di majalah anak-anak. Meskipun aku tidak pernah ikut euforianya, tapi aku suka menonton film dan membaca sejarah Halloween. Maka kali ini aku akan menulis Review Film Halloween jaman dahulu, Hocus Pocus (1993).

Review Film Hocus Pocus (1993)


Film Hocus Pocus ini dibuka dengan adegan Bick Thackery yang berusaha menyelamatkan adiknya, Emily yang diculik penyihir Sandersen bersaudara. Ketiga penyihir itu berhasil mengambil nyawa adiknya dan Bick dikutuk menjadi kucing hitam selama-lamanya. Akhirnya rumah para penyihir itu digrebek warga, lalu mereka dihukum gantung. Sebelum mati, penyihir tertua sempat merapalkan mantra agar mereka punya kesempatan kembali lagi ke kota Salem ini.

Review Film Hocus Pocus (1993)

300 tahun berlalu, cerita kembali dibuka dengan kepindahan keluarga kecil dari Los Angeles ke Salem. Max, seorang anak SMA yang memiliki adik perempuan yang baik bernama Dani. Max tidak percaya dengan segala tahayul yang dikisahkan turun temurun di kota Salem. Sampai di malam Halloween, Dani merengek minta ditemani melakukan trick or treats, dan mereka tak sengaja sampai di salah satu rumah teman SMA nya Max, Allison. Karena menyukai Allison, Max mencari cara agar dia dan Allison bisa jalan bareng. Allison yang greget karena Max tidak percaya kisah Sandersen Bersaudara lalu mengatakan bahwa keluarganya mengelola rumah para penyihir itu dan dijadikan museum namun sudah ditutup kembali. Max meminta dibawa kesana meski Dani bersikeras menolak.

Kembalinya si Para Penyihir

Seperti dibanyak film lainnya, selalu ada anak nakal yang memulai prahara. Max dengan iseng menyalakan lilin hitam. Hal ini membuat kutukan penyihir itu terwujud dan mereka muncul kembali di rumah itu. Para penyihir mencoba 'memakan' Dani saat itu juga namun gagal karena gangguan dari Bick yang sudah dikutuk menjadi kucing hitam abadi. Bick memberi tahu untuk mengambil buku para penyihir agar mereka tidak bisa membuat ramuan itu. Mereka bertiga, Max, Dani dan Allison kabur dari para penyihir dengan arahan dari Bick. Mereka pergi ke kuburan dimana itu adalah tanah suci yang tidak dapat dipijak oleh para penyihir. Setelah mengecoh para penyihir, mereka mencari orang tua Max dan Dani untuk meminta tolong.


Tidak Ada yang Percaya


Sesampainya di pesta Halloween dimana orangtua mereka berada, mereka langsung menceritakan masalah itu. Namun kedua orangtua mereka tidak percaya dan menyuruh menikmati pesta malam Halloween ini. Para Penyihir berhasil mengetahui lokasi mereka dan justru malah mengutuk semua orang dewasa disana untuk terus menari. Tidak ada yang curiga karena semua orang memakai kostum disana.

Mengalahkan Para Penyihir ?

Mereka mencoba cara untuk menjebak para penyihir. Mereka memancing ke dalam sekolah sampai ketempat pembakaran sampah. Ketiga Penyihir berhasil terjebak dan terbakar dipembakaran sampah. Max, Allison dan Dani merasa sudah berhasil. Namun, ada yang janggal. Saat mereka pulang kerumah, kedua orangtua mereka tidak kunjung pulang. Mereka juga masih mencari cara agar Bick terlepas dari kutukan menjadi kucing yang hidup selamanya.

Review Film Hocus Pocus (1993)


Pertarungan terakhir

Ternyata membakar para penyihir hanya bersifat sementara. Saat apinya habis, asap itu kembali menjadi penyihir. Para penyihir pun kembali ke pondoknya dan sudah putus asa akan menjadi debu saat fajar tiba. Namun mereka melihat cahaya yang dikeluarkan buku sihir saat dibuka. Itu berasal dari rumah Max dan Dani. Karena mengira para Penyihir sudah hilang, Max dan Allison membuka buku itu untuk mencari mantra yang bisa mengembalikan Bick.

Review Film Hocus Pocus (1993)


Para penyihir mendobrak rumah dan berhasil menculik Dani dan merebut buku sihir. Penyihir juga bernyanyi untuk menyihir anak-anak di kota Salem agar ikut dengan mereka. Sandersen bersaudara mencoba untuk memakan semua anak di kota Salem agar mereka bisa hidup abadi. Saat mereka berhasil membuat ramuan untuk memakan anak-anak, Max muncul dan berhasil menumpahkan ramuan itu. Tersisa satu teguk lagi untuk satu anak saja. Karena dendam sudah diganggu terus, para penyihir menargetkan Dani untuk dimakan. Lalu Max mengorbankan dirinya dengan merebut dan meneguk ramuan itu. Saat penyihir hampir berhasil memakan Max, fajar menyinsing. Sansersen bersaudarapun gagal utuk hidup selamanya dan kembali menjadi debu.


Apa yang aku dapatkan dari film ini?

  1. Aku baru tau kalau Hocus Pocus artinya semacam omong kosong saja. Jadi bukan mantra seperti Sim Salabim Abrakadarba. Jadi maksud Hocus Pocus disini bahwa kisah mistis sudah menjadi omong kosong aja disana.


  2. Dapat istilah slang jadul, Yabos. Yabos artinya dada perempuan. Eyuh.

  3. Kenapa saat Halloween anak-anak pakai kostum, supaya kalau ada penyihir yang muncul kayak sandersen bersaudara itu, mereka ngiranya itu sebangsa mereka juga, bukan manusia.

  4. Jadi tau gimana hiburan dan kegiatan orang-orang sebelum teknologi sepesat saat ini. Tanpa handphone dan laptop, hiburan masyarakat dewasa memang kebanyakan ngegodain perempuan, berpesta atau main ke pub. Kalau anak-anak banyak punya alat musik sendiri dirumahnya, baca majalah, mendengar radio atau bermain dengan teman-temannya. Kalau televisi belum banyak yang punya, hanya orang-orang kaya.

  5. Udah sih, itu aja kayaknya. Cuma janggal aja kalau cuma empat. O iya, aku juga suka kostum para penyihirnya. Lucu.


Oh iya, ternyata ada Hocus Pocus 2 di tahun 2022. Hampir 30 tahun namun pemain yang menjadi Sansersen bersaudara tetap orang yang sama! keren banget. Tapi aku ga minat sih nonton Hocus Pocus 2. Karena ada agenda LGBT dan jga kita sekarang boikot Disney!

Oke itu aja reviewnya. Kalau mau nonton, cari link haram aja :p

Ciao!

Posting Komentar

0 Komentar