Aku melihat-lihat laman beberapa sosial mediaku. Instagram, Twitter, Youtube, Facebook dan Blog ini. Melirik ke beberapa tahun silam, terutama di Facebook yang begitu rajin membuat kita penggunanya dari tahun 2010 ini bernostalgia. Beberapa tulisan, gambar membuatku berdecak pada diri sendiri. "Masya Allah, kritis dan produktif sekali diriku dahulu." Sementara, 2 tahun kebelakang aku melihat hampir tak ada karya yang 'wah', seolah aku telah berhenti pada suatu masa.
Sebenarnya ada apa?
Awalnya aku membela diri ini semua karena kesibukan saja. Menyusun tugas akhir, pelatihan, lalu beradaptasi dalam dunia kerja. Padahal sepanjang perjalanan itu aku selalu membuat catatan perjalanan tentang apa yang ku diskusikan degan banyak orang diperjalanan itu, apa yang ku kritisi, apa yang ku kagumi, banyak hal. Namun semua berhenti di notes tablet, hape dan paling bagus sudah sampai di draft blog ini. Sebenarnya kenapa?
Aku takut. Saat ini aku mengalami ketakutan pada diriku sendiri. Dulu aku bebas mengemukakan opini sesuai dengan fakta di lapangan dan dasar-dasar yang kupahami. Lingkunganku suportif untuk hal itu. tak ada yang menyangkalku begitu keras. Tak ada yang meremehkanku dan tak ada yang benar-benar tak memahamiku. Sebagus itu lingkunganku dan aku pun berusaha memberikan hal yang sama pada lingkungan pertemananku.
Sampai akhirnya, mulai muncul orang-orang yang awalnya terlihat mau berdiskusi denganku dengan serius tapi pada akhirnya hanyalah menjadi penyangkal setiap yang aku lakukan. Seolah setiap apa yang ku tulis, ku posting, ku gambar semua harus ada penjelasan dari ku atas sangkalan-sangkalan yang mereka kemukakan. Contoh;
Aku memposting suatu doa atau hadist yang aku dapat dari sebuah buku maupun dari postingan akun yang menurutku cukup kredible untuk aku percaya. Nah, mulai tuh ada yang ngebales postinganku dengan "dasarnya apa? Asal usul hadist ini apa? Doa ini memangnya boleh di pakai siapa aja?" Nah, karena aku masih berpikir positif, aku masih mau meladeni pertanyaannya dengan berusaha belajar dan mencari tau tentang apa yang ku posting. sampai akhirnya aku jenuh sendiri, dia yang penasaran kenapa pula aku jadi pencari jawabannya? padahal aku tau apapun hasil pencarian jawaban yang aku beri dia akan terus menyangkal. Sementara aku sudah menghabiskan waktuku untuk menjelaskan sesuatu dengan sebaik mungkin kepada orang yang tidak akan bisa menerima penjelasanku.
Sia-sia
Itulah yang aku pikirkan. Semua yang kulakukan, semua yang kuhasilkan pada akhirnya akan sia-sia. lalu buat apa aku memberikan usaha yang keras ketika akan menyampaikan sesuatu hal kepada oranglain. Belum tentu oranglain mencarinya, belum tentu prang lain membutuhkannya.
Belum lagi melihat jaman sekarang lebih banyak konten kreator yang hanya mencari cuan. Sehingga aku dilanda kebingungan yang cukup menghujam mental ku. Norma-norma yang dipelajari dimasa kecil, sirna begitu saja. Karena hari ini norma, adat istiadat, sopan santun, hanya di anggap hal yang kampungan.
Semakin bodoh, semakin jahat, semakin gila, akan terlihat menjadi hal yang berbeda dan menarik perhatian. Banyak perhatian, banyak respon dan komentar akan mengundang pengiklan, banya iklan, banjir cuan.
UUD. Ujung-ujungnya duit.
Hal yang paling aku benci sejak dulu, hal yang gak pernah satu kalipun aku masukan dalam prioritasku. Karena au yakin dan Alhamdulillah selalu aku dapati, saat aku butuh, aku akan mendapatkannya sesuai dengan rejeki yang ditentukan Allah saat itu.
Makanya, setiap kali aku membuat satu konten dengan niat benar-benar ini membagikan kepada orang banyak, banyak tuh yang bilang. "endorse yaah" Widiiih, proyek nih" "Bagus nih, cair la ya"
Aku jadi malas.
Seorang senior di tempat kerja menamparku dengan realita dunia nyata. Bahwa hidup yang hari ini kita jalani gak semuanya harus sesuai dengan skenario hidupmu aja. Dunia ini tidak berputar untuk mu sendiri. Lakukan aja apa yang kau anggap benar selama enggak merugikan orang lain. Kau ingin orang lain begini, begitu, sementara dilahirkan dari keluarga yang berbeda, lingkungan yang berbeda, edukasi yang tidak merata. Kau berharap apa? semua sama?
Begitulah.
Aku menarik nafas panjang sekali. Mengistirahatkan diri. Mendinginan piiran sejenak. Berhibernasi di rumah aja selama hari libur. (Ya emang harus di rumah aja! #dirumahaja #covid19)
Kalau kata orang-orang sejak dulu.."udah, jangan dimasukin ke hati."
Nah, udah paling betul deh. Kalau ada orang lain yang ga cocok sama kita, yaudah ga usah ditanggepin, tapi bukan artinya ditinggalin. Berteman kan ga boleh pandang bulu.
Baiklah, yok bisa yok kembali berkarya, semakin produktif, semakin konsisten :)
0 Komentar
Your word can change the world! you can be left a comment on my post :)