Ayuk, ayuk mari masuk. Kali ini aku mau ajak teman-teman untuk masuk ke dalam cerita ini. Mari sini duduk melingkar biar semua bisa mendengar. oh iya lupa, ini kan tulisan. Ayo sini merapat biar bisa membaca lekat-lekat tapi jangan terlalu dekat nanti saling terpikat. ea.

Suatu hari di negeri yang sebenarnya gak damai-damai amat, hiduplah anak laki-laki dan anak perempuan yang rumahnya bertetangga. Mereka selalu pergi sekolah dan bermain bersama anak-anak lainnya. Baju mereka bagus, lengkap. Rapi dan tak ada bagian yang sobek maupun terlihat lusuh. Sendal yang bagus, cemilan di kantong celana dan masing-masing membawa mainan favorit mereka masing-masing.

Padahal orangtua mereka gak kaya-kaya amat. Yang satu orangtuanya adalah pedangang makanan keliling dan satu lagi orangtuanya guru. Begitu pula dengan teman-teman lainnya, ada yang orangtuanya karyawan swasta, pekerja outsourcing dan berbagai pekerjaan yang biasa-biasa aja dan pendapatan yang pas-pasan. Yang pasti, mereka punya orangtua.

Orangtua mereka memang tak sempurna, kadang kala saling bertengkar karena sang suami menarik baju dari lemari, atau ribut dengan tetangga karena sampah daun pohon masuk kehalaman mereka. ada juga yang saling bergosip dan julid karena ibu rt baru beli mobil baru sementara ktp belum jadi-jadi juga mesi sudah pakai uang terimakasih. Lingkungan itu berjalan dengan riuh setiap harinya.

Pagi hari, aktivitas di mulai dengan repetan panjang ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal mereka. Ada yang sibuk menyiapkan sarapan sambil mengoceh anaknya belum bangun, ada yang menggosok baju anaknya sementara si anak sedang sibuk mengeringkan badan usai mandi. Sementara pak bapak menyeruput kopinya sembari menyahuti anak-anaknya agar cepat bersiap. sepeda motor sudah dipanaskan.

Sore hari, setelah pulang dari bimbel, les bahasa, kegiatan ekstrakulikuler, mereka pulang kerumah ada yang dengan ceria maupun sedih dan sendu. Yang pasti, semua hal yang terjadi di hari itu bisa mereka ceritakan kepada ibunya yang sedang sibuk berberes rumah. Meski nantinya di omeli karena berisik, yang penting mereka punya tempat bernaung dan berlindung dari gundah gulana dunia.

Ricuh, berisik. Hidup.

Menurut ilmu sosiologi, hal ini normal terjadi. Ini adalah cerita yang sangat normal di masyarakat. Dibalik banyaknya keluhan-keluahan suami yang merasa gaji tak cukup, istri yang merasa kurang uang belanja, ataupun anak yang ingin beli sepeda ataupun beli game yang baru rilis, tanpa disadari sebenarnya mereka adalah orang-orang yang bebas. Bebas memakai baju apa saja yang mereka inginkan, bebas berjalan-jalan tanpa ada tekanan dan bebas beribadah tanpa rasa gelisah.


BOOOM!


Di belahan dunia lain, ada yang tak bisa memakai hijab lebar syar'i seperti orang-orang baru hijrah di instagram. Mereka bukan tidak tau soal aurat, tapi mereka tidak bisa memilih baju apa yang ingin mereka pakai. Mereka tak bisa memilih ingin bekerja apa dan dimana karena gedung itu tak ada lagi, Mereka tak bisa mengobrol dengan bebas bersama tetangga karena rumah itu tak ada lagi. Anak-anak mereka tak menenteng mainan baru, tapi mereka memungut selongsong-selongosong peluru dan senjata yang sudah rusak untuk bermain perang-perangan, tanpa alas kaki, di arena perang yang sesungguhnya.

Mereka hanya tau bercita-cita sebagai dokter karena orang itulah yang selalu mereka temui ketika kulit mereka melepuh terkena serpihan bom, ketia tulang mereka merasa nyeri saat di tembus peluru, ataupun membantu memakamkan dengan laya saat anggota keluarga mereka harus tewas dengan tubuh tercerai berai.

Mereka hanya tau bercita-cita sebagai wartawan dan fotografer. Yang selalu membrondong mereka dengan pertanyaan 'bagaimana perasaanmu' 'apa yang baru saja terjadi' 'dimana orangtuamu' sementara rekannya, membidik terus-terusan raut sedih, raut frustasi dan depresi dari wajah anak-anak yang bahkan umurnya belum genap satu dekade.

Mereka tak tau profesi lain. yang mereka tau, relawan adalah orang-orang baik yang membawakan pakaian, bahan makanan dan obat-obatan. relawan merangkap sebagai guru, sebagai suster, dan sebagai orang yang bisa menjadi apa saja ketika di butuhan. Bagi mereka, relawan adalah teman. sahabat. saudara.

Mereka bahkan tau tau bagaimana hidup normal. Tak tau bagaiman dunia normal berjalan. Tak tau kenapa begitu lahir harus mendengar desingan roket, berondongan peluru dan tak tau berapa jumlah saudara kandung mereka sebelumnya. Karena bisa jadi, saat mereka kecil dan belum bisa mengingat, yang bisa menceritakan tentang saudara mereka pun tak ada lagi. Mereka tak tau seluas apa dunia, mereka tak tahu bagaimana bumi bekerja. Yang mereka tau, ini adalah tanah kelahiran mereka, tak ada alasan apapun untuk menggeser mereka dari tanah tempat pertama kali ia melihat langit dunia.

Sampai kapan? tidak tahu. 

Maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. - kutipan salah satu pembukaan dasar suatu negara.


Tamat. Terimakasih telah membaca.