Puas. Ini adalah film yang membuatku merasa 'penuh' pada penutupnya. Konfliknya selesai, pergulatan semua tokoh selesai termasuk sang 'waktu' yang diberi peran pada kredit akhir cerita. Juga sebagai pecinta anime garis keras, scene yang membuatku déjà vu terhadap anime Kimi no Nawa semakin membuat kepalaku terasa penuh dan dadaku sesak.
Foto sendiri, gak punya foto sore-sore, adanya foto pagi. Terus ini aku edit, kok jadi kayak kebakaran ya. |
Mari kita tarik mundur sejenak cerita ini.
Aku sebenarnya tidak FOMO dengan kehebohan film SORE dimana aku sudah bosan dengan pasangan Dion Wiyoko dan Sheila Dara. Meski belum sebanyak Reza Rahardian, tapi kemunculan mereka di layar lebar terlalu memanjakan mata menurutku. Visual keduanya yang begitu elok dipandang dengan chemistry yang melebur sempurna.
Tapi karena teman-teman sekitarku sepertinya ingin menonton ini, maka aku berjanji pada Rahmi akan menemaninya menonton SORE hari Rabu nanti. Eh, tiba-tiba si Lulu, enggak ada angin enggak ada hujan ngajak nonton di hari Senin ceria. Selesai kerjaanku, aku pun langsung menyusul Lulu. Kali ini aku selamat tidak telat, karena pintu studionya memang telat dibuka 7 menit....
Awal film ada kata-kata,'kamu tau gak...' spontan aku menjawab, gak.'
Film dibuka dengan scene di dalam kapal, lalu rangkaian pekerjaan seorang fotografer. Aku dan Lulu yang sama-sama hobi motret sepakat bahwa kami sangat nyaman melihat ini. Lalu muncul scene yang sudah menyebar di seantero trailer. "Hai, aku Sore. Istri kamu dari masa depan."
Jujur saja, konflik di awal masih terasa ringan hingga membuatku bosan. Pergulatan Jo menerima kehadiran Sore cukup klise dan terlalu... mudah? Entahlah itu bentuk empati sesama orang Indonesia di negara asing selain dari Sore yang mengetahui semua hal tentang Jonathan.
Konflik kedua sudah masuk dengan begitu mengerikan. Bahwa Sore mengulang waktu terus-menerus sampai waktu yang tidak ditentukan.
Konflik ketiga adalah penerimaan seluruh tokoh, menuju penyelesaian, dan cerita ditutup dengan apik.
Aku takkan menceritakan terlalu detail karena tak ingin spoiler (padahal sudah bertebaran di mana-mana, hehe).
Da moram živjeti deset tisuća života, uvijek bih izabrala tebe : Jika aku harus menjalani sepuluh ribu kehidupan, aku akan selalu memilihmu |
Aku melihat bahwa Sore benar-benar representatif kebanyakan perempuan. Perempuan yang saking sayangnya, menjadi posesif dan mengatur segala hal demi kebaikan. Sulit mengikhlaskan karena merasa itu adalah sesuatu hal yang masih bisa ia perbaiki. Perempuan memiliki cinta dan ego seimbang. Semakin besar rasa cintanya, semakin besar pula ia ingin memaksakan egonya kepada pasangannya.
Sementara Jonathan juga seperti laki-laki pada umumnya, senang diatur ketika mengetahui itu memberi kebakan baginya, tapi juga masih berusaha menentang karena tak ingin terlihat diatur. Ia mencari pelarian agar tak terlihat menjadi 'suami-suami takut istri' dengan cara melanggar janji-janji kecil yang ternyata berarti besar pada pasangannya. Jonathan juga adalah manusia dewasa yang belum selesai dengan dirinya di masa lalu, di masa kecil.
Aku sebagai perempuan yang belum menikah mengambil pelajaran besar dari film SORE. Aku takkan mencoba mengubah pasanganku, aku dan dia akan bersama-sama melangkah setelah kami selesai dengan diri kami masing-masing (semoga begitu!). Aku yang tau kalau akan sakit kalau terkena asap rokok, mengapa harus menyiksa diri bersama perokok. Aku dan dia akan sama-sama tersiksa karena saling menahan diri.
Aku akan lebih ikhlas kepada ketentuan, seperti sang waktu yang memberikan kesempatan pada Sore untuk menjalani semua skenario namun tetap berakhir sama dan bahkan tidak bisa menyelesaikan apapun.
Tapi, besarnya cinta Sore dan Jonathan, membuat mereka dipertemukan kembali oleh sang waktu. Yup aku melihat mereka berdua sama-sama kecintaan sih, bukan cuma Sore yang begitu mencintai Jonathan. Bisa dilihat saat 'takdir' sudah berubah dan mereka tidak bertemu pertama kali di pesta kakaknya Jonathan seperti yang Sore bilang, Jo tetap terkesima dan kecintaan banget sama Sore.
dengan Yandy kita percaya. Wkwkwk |
CLIMATE CHANGE
Ini adalah sesi sendiri yang memberi kesan besar kepadaku. Karena aku dalam minggu ini akan menyampaikan materi tentang perubahan iklim, hahaha! Makanya aku cukup kaget isu ini masuk kedalma film yang secara kebetulan aku tonton disaat aku belum menyelesaikan bahan presentasiku. Hal ini memberi sedikit pergeseran caraku memandang masalah untuk disampaikan kembali kepada orang-orang.
Seperti perubahan iklim, kita menjaga bukan karena kita takut akan perubahan, tapi kita ingin mempertahankan sebuah cinta kita terhadap alam, sebuah cinta kita terhadap keindahan, dan cinta kita terhadap yang saat ini ada.
Dan lebih gong lagi karena semua foto di artik itu juga diambil sendiri oleh Dion Wiyoko. Uuuh, keren banget sih kamu bang!
daerah pengambilannya, di Svalbard juga memberikanku kesan tersendiri. Karena seniorku yang berkuliah di Finladia pernah menunjukkan foto Aurora di Svalbard saat dia dan teman-temannya liburan kesana. Aurora memang semagis itu...
AND THE END
Aku bertukar pesan dengan beberapa teman yang sudah menonton SORE. Dan ternyata dugaanku benar, film dengan sarat makna seperti ini membuat semua penontonnya mengambil pelajaran dan sudut pandang yang berbeda-beda. Sehingga membuat seru saat kita saling mengobrol. Adik kelasku, Shella bilang kalau dia ikutan sesak ngeliat perjungan cinta SORE yang begitu murni. Temanku dari SD, Khansa mengambil sudut pandang soal jika kita jadi SORE, apakah kita bisa sesabar itu dan di titik apa kita akan menyerah? Dan banyak hal lain yang berbeda-beda aku dapat dari setiap temanku yang sudah menonton SORE.
Yah begitulah kesanku secara keseluruhan menonton SORE. Semua yang terlibat didalamnya keren. Baju-bajunya Sheila cakep betul (tapi klo spek kayak kita yang make kayak gelandangan sih). Makasih ya aku bisa nikmatin karya seindah ini seharga satu porsi nasi goreng solaria. Itupun aku dibayarin Lulu.
Ciao!
NB. Aku bisa nulis sepanjang ini soalnya aku yang punya kebiasaan sharing film sama temen nontonku kali ini gak terjadi. Si Lulu tiba-tiba kumat jiwa kehabisan energi sosialnya. Jadi habis nonton kami gak nongkrong buat ngobrolin filmnya. Heuh.
0 Comments
Posting Komentar
Your word can change the world! you can be left a comment on my post :)