Untuk anak-anak kelahiran 1990-an pasti tidak asing dengan film Cheaper by the Dozen (2003) dan Cheaper by the Dozen 2 (2005) dimana film ini menceritakan sebuah rumah tangga, keluarga Baker yang utuh dengan 12 anaknya. Sang Ayah seorang pelatih American football dan Ibu seorang penulis. Yang membuat menarik adalah bagaimana kekompakan keluarga ini dan juga kericuhan yang terjadi demi kebaikan dan kenyamanan setiap personil di keluarga itu. Juga tentang persaingan antar keluarga. Terkadang ada keegoisan yang menjadi sulit untuk dilampiaskan ketika harus bekerjasama dengan seluruh anggota keluarga yang punya pola pikir yang berbeda. Duh, lucu sekali kalau mengulas kembali film komedi keluarga ini. 

Belakangan ini aku lagi suka nonton di channel Disney hotstar, karena ada langganan gratis dari paket Telkomsel sih. Sebelumnya juga karena paket telkomsel aku juga suka nonton dari Viu dan Maxstream. hehe. 

Nah, tanggal 18 Maret 2022 kemarin, aku melihat bahwa Cheaper by the Dozen di Remake oleh Disney. Awalnya maju-mundur buat nonton karena sebelumnya aku sempat kecewa dengan hasil remake Home Alone oleh Disney. Ga rekomen banget. Aku aja nonton karena liat pemeran utamanya yang maiin di film Jojo Rabbit.

Baiklah, aku pun mencoba menonton film Cheaper by the Dozen (2022) yang sudah di remake. Dan  ternyata aku cukup rekomendasi teman-teman untuk menonton film ini! meskipun awal openingnya dibuat dengan cara yang klasik, namun cerita berikutnya membuat kita tidak bisa menebak alurnya Karena,

1. Kondisi Anak-anak keluarga Baker

Ini hal yang menarik perhatian ku lebih dahulu karena kondisi anak-anaknya menurutku cukup rumit. Ada anak yang disabilitas, anak adopsi, anak angkat, anak kandung yang lalu bergabung dengan anak kandung pasangan lain. Ada juga anak saudara dititip di keluarga ini karena keluarga doi broken. Ayahnya entah kemana, ibunya (kakak si Paul Baker) ditangkap karena kecanduan narkoba. Aduh!

2. Pernikahan lazim tapi tidak Lazim (?)

Sebelumnya Paul Baker menikah dengan Kate, setelah punya anak, ternyata Kate selingkuh. Trus pisah. Disisi lain Zoey menikah dengan atlit American football yang terkenal, Dom. Karena ambisi Dom, Zoey lebih sering ditinggal sendirian. Setelah punya anak, Zoey yang sudah magister merasa bahwa dirinya mengabdikan diri kepada keluarga untuk saling berbagi ruang, bukan ditinggalkan sendirian. Akhirnya, Zoey dan Dom berpisah.

Paul dan Zoey pun bertemu, cocok. Nikah. Lalu punya anak kandung mereka dan menjadi orangtua sambung dari masing-masing pasangan. Bruuh, rame bro. Tapi tidak apa, ada bantuan babysitter dadakan dari... Kate. Mantan istri Paul. Itu kenapa aku merasa ada yang tidak lazim. Mungkin terbawa budaya asia sih ya. Setelah cerai biasanya gaada kompromi kayak gitu. Harusnya ada bapak ibu mertua yang ikut campur dalam cerita ini. Hahaha.

3. Rasisme dan Steriotype

Paul berkulit putih, Zoey berkulit hitam. Di awal scene sudah ditunjukkan adanya poster di rumah mereka bertuliskan Black Lives Matter.  Ketika usaha mereka mulai sukses, mereka pindah ke salah satu lingkungan elite. Zoey padahal cerdas, rendah hati dan berwawasan luas, tapi bisa-bisanya karena dia berkulit hitam, ia dikira adalah pembantu di rumah itu. Juga sering diawasi satpam layaknya tersangka kriminal. 

Anak adopsi Paul berdarah India, selalu bully di sekolahnya karena tidak terlalu cerdas. Biasanya kan orang India itu pinter-pinter dan cupu. 


Situasi keluarga Baker versi 2022 ini sangat merepresentatifkan kondisi kebebasan di Amerika saat ini menurutku. Dan yang aku senangnya adalah bagaimana penyelesaian konflik dalam cerita ini tidak terlalu dibuat-buat meskipun ini adalah film drama keluarga komedi. 


Okee, itu aja Review dari ku. Gak mau ngasih nilai dan rating-rating lah. Bukan ahlinya hehe. yang penting ini enak aja buat ditonton. Ah, tapi tidak untuk anak-anak ya. Aku rasa ini untuk tontonan 15 tahun ke atas?

Sekian dan terima gajih!

Note : Seluruh gambar dari trailer di youtube.