Suatu malam sepulang dari tempat kerja, Ayahku bercerita bahwa kucing-kucing kami pagi itu baru dibawa untuk suntik vitamin dan vaksin. Biasanya, aku yang melakukan hal-hal terkait perawatan para anabul alias 3 anak bulu penghias rumah keluarga kecil kami.

"Geli kali ayah manggil anak-anak sebaya Iyah itu 'dok', jadi ayah panggil aja 'dek, periksakan dulu kucing saya ini'. gitu." cerita ayahku. 

"Yah, anak ayah ini sudah 25, loh. Kawan-kawan Iyah yang dokter juga udah banyak yang buka praktek. Tuh Khansa, udah mau selesai lagi spesialisnya." 

"Ini ke hewan, kalau dokter umum sama dokter gigi, iyalah. Gak cocok aja rasanya manggil dokter nya si Jimi (nama kucing kami). Setara pulak dia sama kita. haha"

"Yee Ayah, tetap aja buat jadi dokter hewan sama prosesnya dengan dokter manusia. Kuliah ngambil es ka ha, terus ko-ass lagi dua tahun buat jadi de er ha."

"Oh iya? selama itu? iya juga ya, lebih banyak yang dipelajari mereka. Gak cuma kucing berarti, semua hewan lah ya?"

"Iya, jadi nanti pas bawa Jimi lagi, panggil lah 'Dokter', ya Yah."

" dek Dokter lah Ayah manggil nya ya. Hehe, gak terasa sebaya anak Ayah ini udah besar juga."

"Seperempat abad sudah, Yaaah." jawabku menutup pembicaraan kami terkait dek Dokter Hewan.

Seringkali memang orang-orang tidak mengaggap profesi Dokter Hewan sama krusialnya, sama sulitnya, sama pentingnya dengan Dokter manusia. 



Dokter ya Dokter, kalau dokter hewan kan Veterinarian. 

Iya, tau. Kalau menurut aku itu untuk memperjelas bidangnya saja sih. Padahal apa yang dipelajari Dokter manusia juga dipelajari oleh Dokter hewan. Karena kita sebagai 'manusia' tetap objek utama, maka pengetahuan akan manusia harus diperkaya dulu sebelum mengetahui penangan ketika manusianya berinteraksi dengan hewan, apa saja kesamaan manusia dengan hewan tertentu dan sebagainya.

Kedokteran hewan juga termasuk kuliah 'mahal'. Gimana ga mahal, selain beli peralatan dasar yang harus dimiliki secara pribadi, seringkali harus merogoh kocek lebih dalam untuk sampel berbagai macam hewan untuk di pelajari anatomi, struktur juga belajar mengoperasinya. 

Kedokteran manusia juga beli sampel tuh.

Nah iya, makanya sama kan.

Malahan, dokter hewan itu lebih berat lagi belajarnya. Apalagi di Indonesia yang sumber daya obat-obatan khusus untuk hewan itu masih sedikit. Kebanyakan masih memakai obat manusia yang dosisnya disesuaikan dengan hewan yang akan ditangani.

Jadi kenapa stigma di masyarakat dokter hewan engga se famous dokter?

Ini karena pola pikir kita selalu beranggapan bahwa Hewan tidak setara dengan Manusia. Ketika suatu kata disandingkan dengan kata 'hewan', secara otomatis sudut pandang orang-orang menjadi lebih rendah kepentingannya. Seperti melihat tikus tertabrak dijalan tentu akan berbeda 180' ketika manusia yang tertabrak.

Belum lagi tugas dokter hewan di lapangan sering kali ditumpang tindihkan dengan tugas lulusan peternakan. Engga tau kenapa bisa sering berebut ranah begini, tapi inilah yang sering aku jumpai baik di dunia nyata dan maya. Padahal ini semudah memahami tugas Dokter dan Penyuluh kesehatan masyarakat. 

Peternak bagiannya adalah bagaimana ternak mereka sehat-sehat, mudah berekembang biak dan memperhatikan pakan, kebersihan aga jangan sampai sakit. Kalau sudah sakit, hewan sudah dikasih treatment untuk berkembang biak tapi tidak ada hasil atau pertumbuhan si hewan lambat, maka itu sudah menjadi ranah Dokter Hewan.

Dokter Hewan enggak cuma berurusan dengan anjing, kucing, hewan peliharaan dan hewan ternak. Hewan liar dan segala jenis hewan yang sudah bertulang belakang menjadi tanggung jawab dari profesi ini. bayangin aja, gak cuma satu aspek yang harus dipikirkan, harus memperhatikan keseimbangan dan kepentingan dengan penuh kasih sayang seperti yang sudah diucap dalam sumpah

Sumpah Dokter Hewan

Dengan diterimanya diri saya masuk profesi kedokteran hewan, saya bersumpah

  • Akan mengabdikan diri saya, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki kepada perbaikan mutu, peringanan penderitaan serta perlindungan hewan demi kesejahteraan masyarakat
  • Akan menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki berlandaskan perikemanusiaan dan kasih sayang kepada hewan
  • Akan memberikan pertimbangan utama untuk kesembuhan, kesehatan dan kesejahteraan pasien saya, kepentingan tertinggi klien dengan mempertaruhkan kehormatan profesi dan diri saya
  • Akan selalu menjunjung tinggi kehormatan dan tradisi luhur profesi Kedokteran Hewan dengan memegang teguh Kode Etik Profesi saya
  •  
Bagaimana? sudah sepaham kah kita disini bahwa Dokter hewan dan Dokter pada umumnya itu memiliki beban yang sama? bahkan terkadang lebih? setelah ini yuk mari apresiasi dokter hewan dengan keluarga dokter lainnya :)
Di Indonesia sendiri, memang dokter hewan seolah sulit untuk dijangkau. Banyak yang takut membawa peliharaan ke dokter hewan karena biayanya mahal. Lagi-lagi, sama dengan manusia. kalau sakit ya harus di obati. Enggak mahal kok. Masa beli kucing ras buat dipamerin mampu tapi mememnuhi hak-haknya sebagai hewan (animal welfare) enggak mampu? oh atau kita bahas nih soal animal welfare di Indonesia? boleh juga, kalau aku ada niat lagi buat nulisnya hehe.

Oh iya, sekarang tuh yang susah nyari dokter hewan spesialis reptil. padahal di negara tropis kayak indoesia, ancaman akan ular liar itu tinggi...

Baiklah, semoga tulisan ini bermanfaat. Sekian dan terima kasih sayang