Aku menulis ini diatas bus besar bermuatan kurang lebih 40 orang. Tapi sepertinya perjalanan malam ini hanya ada 25 orang. Dan sedikit kesal aku menulis ini karena sebelumnya aku sudah menyelesaikannya dan hendak ku salin ulang disini, entah kenapa tulisan itu hilang dari aplikasi samsung notes. Kecewa, tapi tak menyurutkan niatku. Karena catatan perjalananku kali ini menurutku cukup seru dalam ingatan.

Dengan kecepatan kurang kebih 100 km/jam, bus ini melaju mulus di jalan tol seharga 72 ribu rupiah sekali jalan. Ini kali kedua ku menaiki bus antar kota sendirian, tanpa teman, tanpa saudara, tanpa ayah dan ibu. Ah, sepertinya tidak benar benar sendirian. Setidaknya disini, mereka masih mengenaliku sebagai bangsa setanah air, bukan?

Masih ku ingat raut lucu ayahku saat pertama kali akan membiarkanku melintasi kota sendirian. Ia bergumam pelan saat mengantarku ke loket bus "Apa diantar saja ya lalu ditunggui biar langsung pulang?" Aku menggeleng sebal karena aku tau ayah ada agenda lain di hari itu. Lagian, sudah cukup aku diantar dan dijemput ayahku semasa penelitian tahun lalu. Berapa persen mahasiswa strata satu tingkat akhir yang masih ditemani orangtua saat menyelesaikan tugas akhirnya? Kadang, rasa sayang orangtua yang membuatku selalu khawatir saat melakukan sesuatu, selain itu aku jadi mudah lalai dan abai karena percaya ada ayah dan ibu yang akan mengurus setiap masalahku,

Pengalaman itu penting, seperti kali ini. Aku naik tak lagi dari loket dan duduk manis menunggu, ayahku (lagi-lagi) menelpon bus dan bertanya kapan lewat di depan daerah rumah kami. Daerah rumahku memang stategis untuk berpergian dengan angkutan umum. Lalu aku naik dari depan rumah sakit mitra medika, seberang gang rumahku. Tanpa rasa khawatir dan norak seperti pertama kali saat mengetahui ada sebuah colokan dan dua usb port di lengan kursi. Dan aku harus menelan pil pahit saat mengetahui itu tidak berfungsi dengan semestinya setelah kucoba. Sedih, mungkin aku kurang beruntung.

Ah, kami sudah sampai di gerbang tolnya. Kami akan keluar dari tol dan menikmati jalanan malam. Sebelah kami ada truk putih yang sedang mengisi saldo e-tollnya. Sepertinya membawa barang dagang yang entah sudah lewat cukai atau belum. Yup, perjalanan seperti ini membuat banyak cerita seru bersliweran di kepalaku. Dinginnya AC, redupnya lampu dan musik batak yang mengalun sepanjang perjalanan membuatku bertanya-tanya kemana saja dan siapa saja orang-orang yang melakukan perjalanan malam ini? Apakah ada yang sepertiku terpaksa pulang hari dengan merogoh kocek 110 ribu pulang pergi untuk mempermudah urusanku? Ingin rasanya aku menginap beberapa hari tapi sayang sepertinya kota Medan sangat sayang padaku. Aku melihat ke bangku depan, seorang ibu muda bersama anaknya yang lucu sedang memegang gadget dan bermain game sambil sesekali terbatuk, batuk dahak. Apakah mereka sedang akan menemui ayahnya yang bekerja di kota lain? Liar mataku melirik lagi perempuan yang sepertinya sebaya ku sedang menscroll laman instagramnya membuatku memikirkan cerita apa yang membawanya melintasi beberapa kota di malam selasa begini?

Sampai sini dulu ceritaku, sudah 1 jam setengah perjalanan. Baterai tabku yang tidak ku charge tinggal 16%, sebelumnya 23%. Saatnya memasang headset dan memeluk tas menanti sampai tujuan beberapa jam kedepan. Saat ini lagu yang mengalun "aku cinta kepadamu... aku rindu di pelukmu.... namunku, ingin ku akhri yang tlah terjadi...." ah sudah tak tertangkap ku lagi liriknya, aku ngantuk.

17 mei 2019, 20.47

Jadi, ada yang bisa menebak aku dari mana mau kemana dan naik bus apa?